Jan 1, 2011

Starlit Winamp 2010 (Versi Saya) Part.1

Oke, seperti tahun lalu (2009), 2010 pun berlalu secepat angin kemarau. Dalam perjalanannya selama 12 bulan, banyak musik yang keluar-masuk di telinga saya. Banyak dari musik yang saya dengarkan di tahun harimau ini berasal dari seniman-seniman dalam negeri (lokal). Semakin beragamnya genre musik di Indonesia membuktikan kreatifitas para penggiat musik lokal yang tak pernah redup. Tanpa banyak basa-basi lagi, ini adalah list 11 artis/band lokal yang cukup mentereng sinarnya di tahun 2010.

1. Sarasvatī
Setelah hengkang dari band sebelumnya, yaitu Homogenic. Risa Saraswati akhirnya memutuskan untuk melanjutkan solo project miliknya. Dengan menggunakan nama SarasvatÄ« (ejaan Sansekerta untuk Saraswati), wanita yang akrab disapa dengan panggilan ‘teteh’ ini merilis album EP perdananya “Story of Peter”.

Tipikal musik Dream Pop/Ambient masih terasa di beberapa trek. Lagu “Cut and Paste” misalnya, harmonisasi ala (maaf) Homogenic sangat kentara. Mungkin ini sedikit mengingatkan saya kepada musisi perempuan asal Islandia, Bjork. Sebuah Kolaborasi unik dan sedikit spooky dilakukan Risa di lagu “Bilur”. Seperti apa? Dengar saja sendiri. Saya sarankan untuk mendengar keseluruhan album ini menggunakan Headphone atau Earphone, sehingga detail dalam setiap lagu bisa terdengar jelas.

Dari segi lirik, kebanyakan lagu dalam album “Story of Peter” merupakan gambaran pengalaman spiritual Risa Saraswati dari semasa kecil. Pengalaman spiritual yang dimaksud di sini adalah, pengalaman Risa bertemu dengan beberapa makhluk halus di sekitarnya. Based on True Story, bisa dibilang begitu. Bagi yang penasaran dengan cerita dibalik deretan lagu-lagu Sarasvati, baca saja blog milik Risa Saraswati. Atau kalian bisa follow akun Twitter miliknya, karena Risa cukup rajin dalam mem-posting Ghostwit…Pssst, jangan baca sendirian.


2. Frau
2010 nampaknya jadi tahun untuk para solois perempuan muda di Indonesia. Perkenalkan Lelani Hermiasih. Berusia 21 tahun, lulusan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yang saat ini duduk di bangku Jurusan Antropologi UGM. Gadis yang kini lebih dikenal dengan stage name Frau.

Lani sendiri memiliki sejarah karir music yang tidak sedikit. Setelah sempat mengenyam karir di Anggisluka, mencabik bass di Essen Und Blood dan menjadi kibordis ‘tambahan’ di Southern Beach Terror, mahasiswi ini diam-diam merangkai beberapa komposisi lagu yang dimainkan dan dinyanyikan sendirian.

Bakat, dan keindahan suara Lani dapat didengarkan dalam kepingan CD album perdananya, “Starlit Carousel”. Sebuah CD dengan packaging menarik berisikan enam lagu yang diaransemen layaknya orchestra di tengah galaksi. Lagu “Sepasang Kekasih Yang Pertama Bercinta Di Luar Angkasa” menjadi salah satu favorit saya. Di sini ia berkolaborasi dengan Ugoran Prasad dari Melancholic Bitch. Komposisi musiknya enerjik, naik turun dan terkadang mengalun indah dari jari jemarinya yang menekan tuts piano. “Regina Spektor”nya Indonesia? Hmm, bisa jadi.




3. Kelelawar Malam

Hati-hati, mereka datang dengan membawa teror kengerian yang akan selalu terngiang-ngiang di telinga anda. Lewat lirik-lirik tentang horror Kelas-B yang terkesan norak, diiringi musikalitas horror punk. Perkenalkanlah Sayiba von Mencekam, Deta Beringas, Fahri Al-Maut dan Apin Kiamat yang tergabung dalam Kelelawar Malam.

Pada awalnya saya cukup terpengaruh dengan penulisan media, yang banyak menulis “review” band satu ini. Tetapi benar saja, setelah memutuskan untuk membeli CD Full Album mereka, saya tak bisa berhenti mendengarkan dari awal hingga akhir. Sayang, saya belom sempat melihat performance live Kelelawar Malam.

Oke, musikalitas mereka bisa dibilang masih jarang di Indonesia. Membawa nafas baru di genre punk. Sebenarnya untuk genre Horror Punk di luar Indonesia, ada Misfits dan Danzig (yang berkali-kali dibandingkan dengan Kelelawar Malam). Genre ini memang seringkali menggunakan lirik-lirik yang diambil dari film bertema horror. Unik, lucu, dan sedikit norak, tapi masih memiliki kesan artistik.


4. For Revenge
Ditengah maraknya musik genre Post-Hardcore (Emo/Screamo), banyak bermunculan band yang soundnya terdengar begitu-begitu saja. Tempo cepat, Scream yang terkesan memaksa, lirik sedih seadanya (no offense, really). Bandung memiliki sejarah yang tidak pendek dalam dunia per-Emo-an. Sebut saja band semacam, Alone At Last, Kiss Don’t Kill, Jolly Jumper adalah para punggawa di genre tersebut. For Revenge sendiri bukan band yang terhitung baru, tumbuh berkembang dalam alunan band angkatan The Used, Finch, Funeral For a Friend, atau SOTY. Mereka kini menjadi band yang sejajar dengan punggawanya, dan menurut saya cocok untuk masuk list “The Most Anticipated in 2011” (kalau ada).

Berangkat dari Emo ala Chiodos, For Revenge terus mengalami perubahan seiring bertambahnya influence yang mereka dengarkan. Beberapa kali mengalami pergantian personel juga mau tidak mau memaksa FR untuk merubah wajah permusikan mereka. Masuknya Boniex [vocal] tahun 2009, memberikan warna yang berbed. Kompisisi musik keras dan cepat, kini ditimpali dengan vokal oktaf tinggi. Tak lepas juga frase demi frase lirik FR yang kebanyakan menyeratakan kepedihan, tapi tidak terkesan cengeng. “Termentahkan” merupakan single teranyar yang dilepas ke khalayak dengan sistem bebas unduh.

Band yang kini diisi oleh Boniex (Vocal), Hagie (Gitar), Abie (Bass), Chimot (Drum) sedang mempersiapkan rilisan album (Full-Length) perdana mereka di awal tahun 2011, dengan nama “Fireworks”. Generasi baru musik Post-Hardcore yang siap bersaing dengan para pendahulunya.




5. A.L.I.C.E.
Jika saya boleh menganalogikan, musik yang mereka usung seperti orang gila. Acak-acakan, Kasar, liar, tapi mengundang banyak perhatian. Meneruskan legasi Mathcore milik The Dillinger Escape Plan. A.L.I.C.E menghentak penikmat musik lokal lewat album “Konsorsium Humaniora” (EP).


Rilis pada 17 September 2010, Kepingan ini berisikan lima trek yang siap menghajar genderang telinga kalian, tanpa tedeng aling-aling. Berfondasikan Hardcore, A.L.I.C.E berhasil mensinergikan unsur noise rock, stoner, sludge ke dalam sebuah formula mutakhir lagu-lagu mereka. Untuk kalian yang telinganya sudah akrab dengan Norma Jean, Converge, atau NORA, album ini sangat layak masuk playlist.